#TerorisnyaTuchDirimoe


Tidak ada yang berubah dari makna terorisme. Kamus manapun tetap mengartikan bahwa terorisme adalah tindakan menakut-nakuti orang lain dengan cara kekerasan, teroris adalah orang yang dengan sengaja melakukan tindakan kekerasan dan menakut-nakuti orang lain demi tujuan tertentu. Tidak ada yang berubah dari makna terorisme, yang berubah hanyalah persepsi kita tentang terorisme. Persepsi yang dihasilkan oleh cuci otak yang dilakukan oleh media.

SejNGUYEN NGOC LOANak dulu entah mengapa saya kurang berempati dengan segala kejadian buruk yang menimpa masyarakat Barat. Dahulu ketika malam-malam Dunia Dalam Berita-nya TVRI menayangkan ambruknya gedung WTC akibat diseruduk pesawat, dalam hati saya ngomong “ben kapok..rasain”. Omongan saya itu terbukti karena tidak lama  kemudian Amerika cs dengan adigang-adigung-adiguna membombardir Afghanistan, menghancurkan Iraq, dan menempelkan stempel teroris di setiap jidat kaum muslimin.

Maka ketika dua orang pemuda memasuki kantor redaksi Charlie Hebdo, memuntahkan peluru kaliber 7,62 x 39 mm dari moncong AK-47, dan membuat jajaran redaksi majalah satir tersebut tumbang bersimbah darah, dalam hati saya mengatakan “MAMPUS..itulah harga yang harus kalian bayar!!”.

Saya paham bahwa tindakan tersebut akan memicu kebencian masyarakat Barat terhadap Islam dan kaum muslimin. Saya sadar bahwa aksi sumbu pendek tersebut akan membuat Barat semakin kesurupan dan mengumandangkan perang terhadap Islam dan kaum muslimin. Dan itulah sesungguhnya yang diinginkan Barat, memprovokasi, menyulut aksi, kemudian memblow-up aksi tersebut ke media massa hingga memunculkan stigma pada setiap kepala manusia di seluruh dunia.

Pasca Perang Dingin, Pasca tumbangnya Uni Sovyet, Barat yang dimotori oleh Amerika tanpa hambatan memasarkan ide-ide mereka ke seluruh penjuru dunia. Demokrasi dijadikan simbol perlawanan terhadap  diktatorisme yang menjadi lambang Komunisme. Tantangan Barat hanyalah kaum muslimin yang meskipun kehilangan payung pelindung pasca diruntuhkannya Khilafah pada 3 Maret 1924 oleh Inggris melalui Perjanjian Lausanne, namun perlahan-lahan menggeliat. Jihad kembali dikumandangkan dalam perang Afghanistan dan yang luar biasa mampu menarik ribuan pemuda Islam untuk terjun ke dalam pertempuran. Perlawanan Islam naik daun, terutama di Palestina menggantikan ide Sosialisme dan Nasionalisme dan di negeri-negeri muslim, politik Islam perlahan-lahan bangkit. Dan kini pasca gerakan musim semi Arab yang mengguncang dunia, ide penegakan kembali Khilafah bukanlah semakin surut namun semakin membesar. Dan bangkitnya ISIS -walau dengan berbagai kontroversinya- sedikit banyak mengacaukan geopolitik Timur Tengah dan dunia.

Kebangkitan Islam inilah yang ditakuti oleh Barat. Barat sejak dipimpin oleh Inggris dan kini Amerika  terus menerus menebar duri untuk memadamkan Islam, namun sebagaimana janji Allah Swt di dalam Al Qur’an, Islam tidak padam-padam hingga hari ini. Sejak invasi budaya dan pemikiran di Beirut pada pertengahan abad ke-19, PD I dan revolusi Arab yang berujung pada runtuhnya Khilafah, era demokratisasi pada dekade 60-70-an, hingga hantu War On Terrorism tidak mampu membendung tsunami kebangkitan Islam. Dan Barat terus-menerus menebar provokasi dan membentuk stigma bahwa Islam adalah ajaran teroris. War On Terrorism sejatinya adalah perang terhadap Islam itu sendiri.

Maka sudah selayaknya kita sebagai muslim sadar bahwa kita semua sesungguhnya adalah target penembakan Barat. Barat sesungguhnya menarget semua muslim, selama anda muslim, baik yang radikal, moderat, tradisionalis anda adalah target yang harus dibasmi dari muka bumi. Mungkin saat ini target Barat bernama ISIS, Al Qaeda, HAMAS, Hizbut Tahrir, Ikhwanul Muslimin, dan gerakan sejenis, namun pada akhirnya gerakan seperti Muhammadiyah, NU, bahkan JIL sekalipun selama masih mencantumkan identitas Islam pasti akan dibasmi oleh Barat. Maka solusi utamanya adalah menyatukan ide perjuangan dan memperjelas musuh bersama. Barat bahu-membahu memusuhi Islam, maka sudah selayaknya Muslim menyatukan ide bahwa Barat adalah musuh yang harus dihadapi bersama, karena teroris sesungguhnya adalah Barat.


Tinggalkan komentar