Ngaji Ngopi


Orang Barat menyebutnya sebagai “anggurnya orang Arab”, sempat mendapat fatwa haram namun juga muncul dalam khazanah tasawwuf, dan kini menjelma menjadi minuman paling populer di dunia. Itulah kopi, salah satu minuman kegemaran saya.

Awalnya saya kurang menyukai kopi. Bagi saya minuman yang berasa pahit dan hitam ini tidak praktis, karena setiap ingin meminumnya harus menunggu lama agar ampasnya jatuh dan suhunya ramah di mulut. Kultur di keluarga juga lebih menyukai teh yang praktis dan lebih segar. Hanya sesekali abah saya menyeduh kopi, kopi kreamer sachetan keluaran nestle yang terkenal dengan jingle iklan “Open Up”. Saya pun terkadang jadi condong pada merk tersebut.

Hingga menikah saya tetap tidak terlalu menyukai kopi meskipun keluarga besar istri sangat menggandrungi kopi. Disajikan dalam bentuk kopi tubruk dan ditemani rokok, ipar-ipar saya bisa ngobrol semaleman. Saya mulai perhatian terhadap kopi ketika mulai pindah ke kota hujan, Bogor. Adalah salah satu teman yang juga perantau dari Jawa Timur dan pernah mengenyam pendidikan di pesantren yang mengisahkan tentang faedah kopi. Beliau bahkan mengirimkan pdf kitab kuning yang bertema kopi. Judul kitabnya “Al Qahwa” atau kitab kopi dan isinya menerangkan faedah kopi mulai dari sisi kesehatan, seksualitas, juga dalil ngopi, kisah-kisah para ulama tentang kopi dan ngopi, sampai ada salah satu bab yang menerangkan “bahwa mereka yang menyimpan bubuk kopi hitam, rumahnya dijauhi setan”. Sejak saat itu saya mulai tertarik ngopi, sejak saat itu salah tertarik ama kopi sachetan khas Bogor yang bergambar ular naga. Mungkin ini kopi hitam sachetan paling mantap menurut saya. Kopi robusta blend, dengan wangi khas.

Perhatian saya sama kopi semakin intens, apalagi sejak ust. Salim A.Fillah, dai muda asal Yogya mengupas seluk beluk kopi di beranda instagramnya. Kopi adalah minuman vitalitas pertama bagi kaum muslimin. Kopi dengan cepat populer di dunia Islam sejak ditemukan di Ethiopia dan dipasarkan di Yaman. Popularitas kopi pada peradaban Islam karena sifat kopi yang mirip khamr dan hasyisy namun halal. Para ulama, khususnya yang mendalami tasawwuf mengonsumsi kopi agar kuat begadang melaksanakan ibadah sepanjang malam. Kopi juga digemari oleh kaum intelektual Islam untuk menjaga ketajaman pikiran ketika berdiskusi, meneliti, atau mendaras kitab-kitab. Kopi dibawa ke luar dunia Islam oleh bangsa Turki. Kesultanan Turki Utsmani konon menjadikan kopi sebagai doping bagi para prajuritnya. Ada dua versi bagaimana kopi keluar dari Peradaban Islam. Versi pertama bisa jadi kopi dibeli oleh pedagang Genoa atau Venezia untuk memasok keluarga Medici di Firenze. Keluarga kaya ini sering mengundang para intelektual berbagai bidang dan latar belakang untuk berdiskusi di rumahnya. Sajian utamanya adalah anggur, tapi untuk para tamu dari kalangan intelektual muslim bisa jadi disajikan kopi. Versi kedua adalah ketika pasukan Turki Utsmani mundur setelah gagal mengepung Wina. Mundurnya pasukan Islam tersebut meninggalkan berkarung-karung kopi yang kemudian langsung digemari oleh penduduk Kekaisaran Habsburg. Versi Wina ini juga meninggalkan warisan kuliner berupa roti Croissant yang biasanya jadi setia ngopi. Entah versi mana yang lebih sahih, namun dunia hari ini mengenal Italia dengan café-nya serta aneka resep kopi dan Austria dengan Vienna Coffeehouse-nya sebagai kopi tertua di Eropa. Dari dua tempat tersebut kopi segera menyebar ke seluruh Eropa dan sempat mendapat tentangan dari pihak Gereja karena asal-usul kopi yang lekat dengan Islam. Di abad berikutnya ketika Barat melebarkan sayap kolonialismenya ke seluruh dunia, kopi menjadi salah satu komoditas yang kemudian disebarkan ke benua Amerika, Afrika bagian Selatan dan kawasan Asia Tenggara. Dari tiga kawasan itulah, hari ini dunia mengenal kopi-kopi terbaik.

Kembali kepada pengalaman saya ngopi, setelah membaca berbagai artikel tersebut akhirnya saya takluk kepada kopi. Terlebih lagi sempat diajak ngopi ke kafe oleh teman sekaligus murid saya, si kangimad.com, sejak saat itu saya berkenalan dengan the third wave, gelombang ketiga budaya ngopi. Kopi adalah minuman asyik, keren, dan sangat intelektual. Ketika di kafe, kopi bersanding dengan filsafat, di warkop ia menjelma politisi, di rumah ia menjadi sufi. Selamat Ngopi.


Tinggalkan komentar